Terbaru
Recent Articles

Merumuskan Peran Kaum Muda Intelektual dalam Mengatasi Problematika Umat

Sadarlah wahai kawan mahasiswa, tugasmu bukan hanya belajar dari buku, tetapi tugasmu juga belajar dari realita, mencari sebab masalah begitupun solusinya...
Sejarah perkembangan dunia dan sejarah perkembangan Islam, tidak bisa terlepas dari peran kaum muda intelektual. Lihat saja bagaimana sepak terjang kaum muda Intelektual pada awal kelahiran dan perkembangan Islam pertama di Jazirah Arab. Ali bin Abi Thalib r.a. merupakan representasi dari kaum muda intelektual yang berjuang untuk membela Islam pada waktu itu.

Kaum muda intelektual dengan dimensinya masing - masing memegang peranan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kelompok yang bisa mewakili sebagian dari kaum muda intelekutual saat ini adalah mahasiswa. Meskipun kita sadar bahwa kita tidak bisa menggeneralisir bahwa setiap yang bertitel sebagai mahasiswa adalah kaum muda intelektual. Namun tidak mengurangi nilai peran yang diemban oleh mahasiswa  sebagai bagian dari “ agent of social change  dan man of analysis“ (Abdul Hamid Wahab , 2009).
Setidaknya dalam diri mahasiswa dapat kita temui sosok manusia yang berbeda. Baik dari segi fisik ( peformance ) maupun pemikiran ( intelektualitas ). Dua sisi ini kita pandang cukup untuk mewakili potensi yang dimiliki oleh mahasiswa.

Dari segi fisik ( peformance ) seorang mahasiswa adalah pemuda, dimana fisik seorang pemuda dibandingkan dengan anak – anak dan orang tua lazimnya tentu lebih kuat dan tahan. Hal ini sangat menunjang militansi gerak pada diri seorang mahasiswa. Sedangkan dari sisi pemikiran ( intelektualitas ), mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang memperoleh masa pendidikan yang lebih lama ( ± 16 tahun ), sehingga mampu merekam informasi secara lebih komprehensif, memiliki keluwesan berfikir, analisis yang tajam dan kritis, menjunjung tinggi obyektifitas serta idealisme argumentatif adalah sebagian potensi yang bisa berkembang dalam diri seorang mahasiswa. Maka tidaklah mengherankan bila ada sebagian kecil mahasiswa yang tidak mengikuti arus besar yang melingkupinya dengan memilih ruang gerak yang lebih independent. Dalam artian mereka tidak terjebak dalam pragmatisme yang dikembangkan dalam habitatnya.

Perkembangan dunia korelatif sekali dengan semakin kompleksnya permasalahan yang melingkupinya. Begitu juga dengan tantangan – tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa saat ini. Selain dituntut untuk menguasai kompetensi keilmuan yang ditekuninya mahasiswa juga dituntut untuk bisa memberikan solusi atas segudang masalah yang ada di tengah – tengah umat ( masyarakat ). Dengan dua sisi potensi yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa akan mampu berperan lebih di tengah – tengah jahiliyahnya kondisi bangsa saat ini.

Dengan potensi yang sedemikian ideal, Bagaimanakah kondisi mahasiswa memasuki paruh akhir dimensi waktu saat  ini ? Apakah mereka dengan segala potensinya sejalan dengan harapan di tengah – tengah umat ? ataukah malah sebaliknya ?
Cukup mengenaskan, di tengah – tengah kehidupan sekuler kapitalistik ini mahasiswa telah berubah menjadi sosok yang mengedepankan individualisme, opportunisme, pragmatisme dan bahkan hedonisme. Meskipun tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa dari mereka yang benar – benar tidak mengikuti arus yang ada. Namun inilah konsekuensi yang diperolehnya, terasing.

Pada akhirnya mereka yang membebek pada arus besar tadi, yang diharapkan bisa menjadi bagian dari problem solving berubah menjadi trouble maker bahkan lebih ekstrim lagi yaitu sampah – sampah intelektual atau robot – robot kapitalis. Dan tentu kita semua tidak mengharapkan hal yang demikian. Lalu apa yang harus segera dirumuskan oleh kawan mahasiswa saat ini ?

Kawan mahasiswa harus jeli melihat root of problem yang saat ini terjadi. Root of problem yang menjadi pusat lahirnya turunan – turunan masalah, seperti kemiskinan, ketidakadilan, perpecahan ( disintegrasi ) dan lain sebagainya. Ya, itu semua lahir dari ideologi yang menancap kuat hidup di tengah – tengah kita, yaitu ideologi kapitalisme sekuler. Manfaat yang menjadi asasnya dan kebebasan yang menjadi metode praktis operasionalnya telah mengantarkan manusia pada jurang kehancuran. Akhirnya manusia tidak ubahnya adalah binatang keji bahkan lebih rendah lagi dari kawanan binatang.

Sejarah telah memberikan pelajaran berharga kepada kita bagaimana merubah kondisi yang rusak menjadi kondisi yang penuh dengan kemuliaan. Nah itulah yang pernah dilakukan oleh pemimpin revolusioner kita, Nabi Muhammad SAW. Dengan seruan dan ajakannya ( aktivitas da’wah ) untuk meninggalkan sistem jahiliyah pada waktu itu dan mengajak untuk menerapkan sistem islam ( menerapkan syariah islam dalam bingkai khilafah islamiyah ) benar – benar telah mengubah kondisi  yang sebelumnya penuh dengan kerusakan menjadi kondisi yang penuh dengan kemuliaan.

Inilah peran yang seharusnya disokong bersama – sama oleh kaum muda intelektual atau mahasiswa bersama elemen perubahan yang lain saat ini. Kalau tidak kita siapa lagi ? kalau tidak sekarang kapan lagi ? Ingatlah kawan mahasiswa, jika kematian sudah tiba yang tersisa hanyalah penyesalan demi penyesalan ( Lihat TQS 63 : 10-11 dan TQS 23 : 99-100 ). Jika kawan mahasiswa belum beraksi inilah saatnya untuk beraksi bukan menjadi penonton apalagi penentang aksi. (Oleh Mujahid Wahyu, BKLDK Solo Raya)

Sumber : http://dakwahkampus.com
Share and Enjoy:

0 komentar for this post

Leave a reply

We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Template By SpicyTrickS.comSpicytricks.comspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
Popular Posts
Recent
Connect with Facebook
Sponsors
Blog Archives
Recent Comments
Tag Cloud