Konsep Pengembangan Krueng Sungai Langsa
(Mengatasi Banjir dan Kemiskinan melalui Redesign Krueng Langsa)
Oleh : A. Farhan Abus
Oleh : A. Farhan Abus
KOTA LANGSA mencakup 3 (tiga) kecamatan dengan luas wilayah sekitar 26.241 Ha yang terletak pada dataran rendah dengan daerah terluas pada ketinggian antara 1.5 m – 8 m di atas permukaan laut dan mempunyai kemiringan antara 0 – 8 %. Pada kawasan pusat kota dan sekitarnya yang mencakup Kelurahan Peukan Langsa, Gampong Daulat, Gampong Mutia, sebagian Blang Pase, Gampong Jawa, Gampong Blang dan Blang Seunibong merupakan wilayah dataran rendah. Pada bagian selatan kota yang memiliki kemiringan antara 1% - 6% mencakup wilayah Seulalah, Meurandeh, Geudubang Jawa, Geudubang Aceh, Pondok Pabrik dan Pondok Kemuning yang sebagaian besar merupakan jalur lintasan sungai Langsa.
Pada tanggal 25 dan 26 Maret 2006 serta tanggal 17 Mei 2006 telah terjadinya Hujan dengan interval waktu 4 sampai dengan 8 jam yang telah memberikan dampak terhadap terjadinya banjir di sekitar wilayah Kota Langsa. Hal ini memberikan gambaran bahwa bentukan alam atau Lansekap Sungai (Riverscape) Langsa tidak mampu menampung limpasan permukaan (surface runoff) dan debit puncak (peak runoff) dan infiltrasi disekitar Sungai Langsa.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Langsa adalah : pertama yaitu 13 Gampong dari 51 Gampong di Kota Langsa berlokasi disepanjang DAS Sungai Langsa, dimana sebagian besar tanah digunakan sebagai areal perumahan. Kedua adalah karakter fisik sungai Langsa memiliki banyak kelokan / tikungan dan ketinggian permukaan tanah di sepanjang DAS Langsa ini tidak sama di setiap kelokan / tikungan–tikungan DAS. Di beberapa kelokan / tikungan DAS Langsa cenderung lebih tinggi permukaan tanahnya dibandingkan permukaan tanah disekitarnya sehingga pada saat debit air puncak terjadi daerah sekitar langsung terendam air sungai yang mencapai 50 - 200 cm (Gampong Sidorejo, Sidodadi, Seulalah dan Meurandeh). Ketiga adalah di sepanjang DAS Langsa telah terjadi sedimentasi yang cukup parah sehingga menjadikan wilayah hilir sungai menyempit. Keempat yaitu sebagian besar DAS Langsa telah digunakan untuk pertapakan perumahan yang mengakibatkan daya dukung DAS menurun. Keenam ini merupakan suatu masalah yang tidak kalah pentingnya yaitu telah rusaknya bentangan alam di daerah hulu Sungai Langsa.
Metode Pemecahan
Dalam bidang arsitektur Lansekap, merencana merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetikanya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan di atas / pada lahan tersebut. Oleh berbagai pakar arsitektur lansekap dikemukakan bahwa perencanaan lansekap berfungsi utama sebagai suatu panduan atau penuntun saling berkaitan yang kompleks antara fungsi atau berbagai fungsi habitat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu lansekap sungai (Riverscape) adalah : (a). Meminimumkan gangguan seperti terhadap stabilitas lereng, dan mencegah erosi. (b). Memelihara aliran air, antara lain menghindari pembuatan struktur yang dapat menghalangi aliran sungai. (c). Design harus tahan terhadap keadaan yang paling buruk. (d). Mempertimbangkan kemungkinan terjadinya luapan air, misalnya dengan memperhatikan banjir 50 tahunan. (e). Design perkerasan yang fungsional dan tidak licin. (f). Pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan keadaan cuaca dan tahan terhadap air. (g). Mencegah adanya aliran permukaan yang mengandung lahan pencemar yang masuk mengikuti aliran air sungai.
Tahap Proses Penataan
Tahap Pertama pengumpulan data dan informasi pada tahap ini dikumpulkan semua data dan informasi pembentukan tapak, serta data dan informasi lain yang diduga akan mempengaruhi tapak dan perencanaan yang akan dibuat di tapak. Seluruh data yang dikumpulkan, dalam bentuk data primer maupun data sekunder, dapat berasal dari luar tapak.
Tahap Kedua analisa data berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dilakukan analisis terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian rencana pada tapak / lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi serta berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan dari lahan atau lansekap tersebut.
Berbagai kendala pada tapak dicarikan alternatif penanggulangan yang terbaik untuk kelestarian, keindahan, keasrian dan kenyamanan berbagai potensi dan amenities yang terdapat pada dan sekitar tapak lansekap diusahakan untuk digunakan dan dikembangkan dan bagian tapak yang rapuh dan rawan diusahakan untuk tidak diganggu atau dirusak.
Secara kuantitatif, dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan dan fungsi yang diinginkan. Suatu tapak atau lansekap sebaiknya dikembangkan sampai dengan batas daya dukungnya terutama untuk menjaga kelestarian dan keindahan alamnya.
Tahap Ketiga sintesis pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari tahap analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk mendapatkan rencana lansekap yang sesuai dengan tujuan dan program yang diinginkan. Hasil dari tahap sintesis adalah alternatif – alternatif rencana penggunaan lahan dengan berbagai kekuatan dan kelemahannya.
Tahap Keempat Perencanaan Lansekap dari hasil sintesis ditentukan alternatif terpilih. Alternatif ini dapat berupa satu alternatif, modifikasi atau kombinasi dari beberapa alternatif pra–perencanaan. Alternatif terpilih ini dinyatakan sebagai Rencana Induk Lansekap (Landscape Mater Plan) yang dapat disajikan dalam bentuk rencana lansekap total atau rencana tapak.
Konsep Dasar Perencanaan Lansekap
Perencanaan open space (ruang terbuka) lansekap pada daerah ini dapat diarahkan untuk menampilkan pemandangan alami yang menarik dan dinamis sepanjang tepi air serta juga pemanfaatan elemen suara yang ditimbulkan oleh arus air. Rancangan berorientasi pada tempat-tempat dimana elemen air digunakan secara intensif atau ditampilkannya struktur arsitektural berupa bentuk dan material dari elemen lansekap seperti jalar jalan dan elemen lainnya. Jalur kendaraan dan pedestrian (pejalan kaki) direncanakan mengikuti aliran air sehingga kajian menghasilkan status tahapan dalam bentuk aktifitas pergerakan. Dengan adanya perubahan lansekap sungai Langsa diharapkan terjadinya peningkatan Daya Dukung lahan terhadap menanggulangi banjir dan pengembangan wilayah lansekap sungai Langsa untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat di sekitar Sungai Langsa. Asumsi dari konsep ini adalah dilakukan penghijauan kembali di daerah hulu sungai dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan dan fungsi dari kawasan hulu sungai Langsa.
Penulis adalah Pendiri ALDEC (Aceh Landcape Development Centre) dan
Arsitek Pertamanan/Landscape Architect
Tulisan Terkait :
Popular Posts
-
MP3 Muslim Entreprener Forum 2012 MEF Ust Heru Binawan [Sambutan DPP HTI] [2 MB] MEF Talk Show Bpk Iskandar Zulkarnain [5 MB] MEF Bala...
-
(Minaut = Pemecahan Persoalan dan Pengambilan Keputusan) Pengantar Dalam menjalankan tugasnya sehari...
-
Oleh : Musryadanta Inilah fakta yang terlihat di kotaku tercinta, dimana pengemis dan anak telantar seolah-olah dilegalkan oleh pemeri...
Recent
Connect with Facebook
Sponsors
Search
Categories
Analisis
Artikel
Berita
Budaya
Catatan Facebook
CCTV
Daerah
download Materi
Gambar Unik
Hot News
Ideologis
Intelektual
IP Camera
Kegiatan
LOWONGAN
Makalah
Monitoring Rumah
MP3
Online Monitoring
Pendidikan
Pengumuman
Photo Unik
Politik Hukum
Potret
Presentasi
Religi
Retorika
rohingya
Sastra
Sosok
teknologi
Tips dan Trik
Tutorial Photoshop
Video
0 komentar for this post
Leave a reply