Terbaru
Recent Articles

MEMBINCANGKAN KEMBALI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Oleh Eva Muchtar
Dosen Institut Teknologi Bandung

I. PENDAHULUAN
Bangsa ini memiliki kualitas SDM yang rendah. Hal ini terlihat dari data mahasiswa baru (tahun 2008) di salah satu perguruan tinggi ‘terbaik’ di Indonesia, diperoleh gambar sbb :

Tingkat Kecerdasan (IQ > 110) 79 %
Kemandirian 13 %
Usaha 67 %
Percaya Diri 11 %
Kepekaan 19 %
Kepemimpinan 4 %

Dari data terlihat jelas bahwa mereka memiliki IQ yang tinggi, namun mereka tidak mandiri, tidak percaya diri, bahkan tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Potret generasi seperti ini tidak mampu menyelesaikan persoalan orang lain, apalagi persoalan Negara. Yang mereka pikirkan hanyalah seputar dirinya. Jadi, wajar jika lulusan pendidikan di negeri ini hanya diposisikan sebagai buruh, bukan sebagai pencipta lapangan kerja. Ini artinya : Indonesia hanya berpredikat sebagai follower, bukan sebagai leader. Dapat dikatakan system pendidikan nasional saat ini telah gagal memproses generasi bangsa ini menjadi generasi cerdas dan mandiri.
Negeri-negeri muslim mengalami krisis generasi. Hal ini disebabkan karena system sekular-materialistik yang diterapkan. System pendidikan ini telah mengahasilkan generasi yang lemah. Sosok seperti inilah yang telah menghantarkan kehancuran negeri-negeri Muslim kedalam jurang kezaliman.
Oleh karena itu, menjadi penting bagi kaum Muslim pada umumnya dan generasi Islam pada khususnya untuk mendapatkan gambaran pada system Pendidikan Islam yang bersifat konfrehensif-integral, yang dapat diterima secara universal oleh umat manusia lainnya.

1. Pendidikan Dalam Sistem Khilafah
Pendidikan bagi setiap Muslim merupakan kebutuhan dasar. Allah SWT telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu untuk dapat menyelesaikan permasalahan dirinya, keluarga, masyarakat dan negara.
Rasulullah saw. bersabda : Menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim (HR Ibnu Majah).
Dalam hadist lain dikatan, “Jadilah kamu orang berilmu, atau pencari ilmu, atau pendengar (ilmu), atau pencinta (ilmu) jangan menjadi yang kelima (orang bodoh) nanti kamu binasa.” (Lihat: Al-Fathul Kabir, I/204).
Dari hadist diatas, didalam khilafah tidak akan muncul peluang timbulnya kebodohan dikalangan kaum Muslim. Sebab, Negara memiliki kewajiban untuk melahirkan generasi yang berkualitas yang secara hakiki mengambil ideologi Islam sebagai asas kehidupannya. Generasi ini telah memajukan peradaban Islam di muka bumi selama lebih 13 abad.

2. Tujuan Umum Pendidikan
Dalam menyusun kurikulum dan materi pelajaran terdapat dua tujuan pokok pendidikan yang harus diperhatikan:
1. Membangun kepribadian islami, pola piker (aqliyah) dan jiwa (nafsiyah) bagi umat, yaitu dengan cara menanamkan tsaqafah Islam berupa aqidah, pemikiran dan perilaku islami kedalam akal dan jiwa anak didik.
2. Mempersiapkan anak-anak kaum Muslim agar diantara mereka menjadi ulama-ulama yang ahli disetiap aspek kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman (ijtihad, fiqih, peradilan, dan lain-lain) maupun ilmu terapan (teknik, kimia, fisika, kedoteran, dan lain-lain). Ulama-ulama yang mumpuni akan membawa Negara Khilafah dan umat Islam untuk menempati posisi puncak diantara bangsa-bangsa dan negara-negara lain di dunia, bukan sebagai pengekor maupun agen pemikiran dan ekonomi negara lain.

3. Output Pendidikan Islam
Output pendidikan Islam adalah lahgirnya individu-individu terbaik yang memiliki pola piker dan pola sikap Islam serta jiwa kepemimpinan baik pada skala individu, komunitas bahkan skala bangsa/negara.
Kaum Muslim diposisikan oleh Allah SWT sebagai umat terbaik (QS Ali Imran [3]:110). Karena itu Khilafah wajib menyiapkan generasi terbaik (khayu ummah) agar dapat memimpin bangsa-bangsa lainnya. Gambaran generasi terbaik yang diinginkan adalah generasi yang memiliki: (1) Kepribadian Islam; (2) Faqih fi ad-Din; (3) Terdepan dalam sains dan teknologi; dan (4) berjiwa pemimpin. Generasi inilah yang akan menjadi pengendali eksistensi Negara menjadi negara mandiri, kuat, terdepan, dan mampu memimpin bangsa-bangsa lainnya.
Berdasarkan output pendidikan ini, dibuat arah (tujuan) pendidikan. Selanjutnya diturunkan dalam kurikulum pembelajaran dan metode pembelajaran. Negera harus menyiapkan standart kurikulum, yakni kurikulum yang terintegrasi dengan aqidah Islam yang disesuaikan dengan level berpikir (usia). Selanjutnya Negara menetapkan metode pembelajaran yang baku dalam proses pembelajaran.

4. Kurikulum Pendidikan Islam
Negara menetapkan kurikulum pendidikan berdasarkan akidah Islam. Sebab akidah Islam menjadi asas bagi kehidupan seorang Muslim dan asas bagi negaranya. Maknanya, akidah Islam dijadikan standart penilaian. Kurikulum yang bertentangan dengan akidah Islam tidak boleh diambil dan diyakini.
Negara harus membelakukan kurikulumnya berdasarkan level berpikir (usia) anak agar anak dapat mengamalkannya dan anak didik tidak merasa terbebani.
Negara harus memberlakukan kurikulum yang sesuai untuk mencapai output pendidikan, yakni dengan cara membagi kurikulum menjadi : (1) kurikulum dasar, seperti tahfizh Al-Qur’an dan bahasa (Arab, local, internasional): (2) kurikulum inti, seperti tsaqafah Islam (ilmu-ilmu keislaman, al-Quran, hadis, fiqih, dll): (3) kurikulum penunjang, seperti ilmu-ilmu terapan matematika dll.

5. Metode Pembelajaran
Metode pengajaran yang benar adalah penyampaian (khitab) dan penerimaan (talaqqi) pemikiran dari pengajar kepada pelajar. Seorang pengajar harus dapat memberikan gambaran yang mendekati suatu realita kepada anak didik ketika menyampaikan suatu konsep atau ide sehingga realita tersebut dan dirasakannya atau tergambar dibenaknya. Dengan demikian mereka telah menerimanya sebagai sebuah pemikiran sehingga setiap anak didik bisa memahami 100% setiap mata pelajaran.

6. Manajemen Pendidikan Islam
Untuk mencerdaskan rakyatnya, Negara perlu menata dan mengelola system pendidikan yang diadopsi agar tercapai output pendidikan Islam. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan dalam empat hal yakni;
a. Biaya pendidikan : bebas biaya.
b. Sarana dan prasarana pendidikan yang memadai seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium sebagai tempat praktik secara langsung bagi anak-anak didik, dll agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
c. Penyediaan guru yang berkualitas. Gambaran guru yang berkualitas antara lain; (1) memiliki kepribadian Islam, guru akan menjadi model bagi anak-anak didiknya; (2) memahami potensi anak; (3) memahami perkembangan anak berdasarkan usia; (4) memahami arah dan target pembelajaran anak berdasarkan level berpikir (usia); (5) menguasai metode pembelajaran untuk menjadi rujukan perilakunya; (6) kreatif dan inovatif dalam teknik pembelajaran, sehingga anak menjadi senang belajar dan tanpa beban.
d. Penyiapan orang tua yang berkualitas. Negara harus mendorong dan memfasilitasi orangtua dalam meningkatkan kemampuannya dalam mendidik anaknya agar tercapai output pendidikan. Gambaran orang tua yang berkualitas antara lain: (a) memiliki kepribadian Islam, orangutan adalah orang pertama yang akan dicontohkan oleh anak; (b) memahami potensi anak; (c) memahami perkembangan anak berdasarkan usia; (d) memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses pembelajaran anak terutama di usia pra-balig; (e) memberikan perhatian yang utuh terhadap perkembangan anak; (f) memberikan kasih saying yang tulus kepada anak; (g) senantiasa memuliakan anak; (h) memahami arah dan target pendidikan anak berdasarkan level usia; (i) siap menjadi guru pertama dan utama bagi anak-anaknya.

II. KESIMPULAN
Dimulai sejak masa Rasulullah saw., pendidikan untuk rakyat menjadi kewajiban Negara. Begitu juga pada masa Khilafah Umar bin Khathab ra. yang senantiasa berharap adanya SDM yang berkualitas dinegaranya agar mereka dapat membantu mengatur urusan umatnya. Sebagai contoh Muadz bin Jabal yang dikenal sebagai individu yang berkapabilitas tinggi dalam memahami halal dan haram sampai-sampai beliau dinobatkan sebagai Hakim Agung pada usia 18 tahun. Sudah saatnya negeri ini dan negeri-negeri lainnya mengganti seluruh tatanan kehidupannya. Termasuk pendidikan dengan ideology Islam, agar lahir secara missal generasi seperti Muadz bin Jabal, generasi yang berkualitas tinggi, yang mampu mengembalikan kemuliaan Islam dan kemuliaan kaum Muslim di seluruh dunia.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Share and Enjoy:

0 komentar for this post

Leave a reply

We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Template By SpicyTrickS.comSpicytricks.comspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
Popular Posts
Recent
Connect with Facebook
Sponsors
Blog Archives
Recent Comments
Tag Cloud