Warga Enam Desa Terancam Terisolir
PEUREULAK
Dua unit jembatan di lintas Kota Peureulak-Paya Meuligoe, Aceh Timur, masing-masing jembatan di perbatasan Desa Tanoh Rata dan Blang Bate serta Desa Bandrong, kondisi kritis dan nyaris ambruk. Bila tidak segera ditangani, warga di enam desa di pedalaman Peureulak tersebut akan terisolir.
Serambi yang turun ke lokasi bersama tokoh pemuda Paya Meuligoe M Nazir dan sejumlah pemuda lainnya menemukan, jembatan sepanjang 22 meter dan lebar 4,5 meter di perbatasan Tanoh Rata dan Blang Batei sudah longsor ke bawah dengan posisi leger jembatan melengkung.
Semua alas jembatan sudah berantakan. Begitu juga dengan pagar pengaman jembatan sudah patah. Di bawah jembatan yang pernah direhab tahun 2005 lalu, benar-benar memprihatinkan. Leger jembatan tidak bergantung lagi pada tiang peyangga.
Saat dilalui kendaraan roda dua dan empat, jembatan bergoyang seperti ayunan anak-anak. Bahkan pengendara sepmor terpaksa turun dengan cara mendorong kendaraannya. Warga memperkirakan, jika dalam bulan ini tidak segera ditangani, maka jembatan yang menjadi urat nadi arus transportasi itu akan ambruk, apalagi kerap dilintasi kendaraan roda empat.
Sementara jembatan Desa Bandrung yang persis berada di turunan jalan, kondisinya sudah miring dan terjungkal saat dilintasi kendaraan roda empat. Jika kendaraan roda empat melintas, maka kepala jembatan akan terjungkat seperti anyunan yang selama ini terdapat di taman kanak-kanak. Kedua plat beton yang berada di kepala jembatan sudah ambruk tidak berfungsi sama sekali.
M Nazir, tokoh pemuda Desa Paya Meuligoe mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan keluhan tentang kondisi kedua jembatan di sana. Namun tidak mendapat respons sama sekali dari Pemkab setempat terutama dinas PU. Ia bahkan sudah sering menyampaikan masalah tersebut kepada camat.
“Tapi, kami sungguh tidak mengerti kenapa semua “tuli” seperti tak mendengar jeritan rakyat ini. Coba bayangkan, jika dalam waktu dekat ambruk. Kami tidak bisa lagi keluar ke Kota Peureulak. Semua kebutuhan rumah tangga akan terhambat. Rakyat tidak bisa membawa pisang, coklat, sawit, dan hasil alam lain. Siapa yang akan menanggung semua derita ini,” ungkap Nazir dengan nada kesal yang didampingi sejumlah pemuda lainnya.
Menurut dia, warga dari beberapa desa yang melintasi dua jembatan tersebut malah sudah berniat untuk melakukan aksi demo bila tidak ditanggapi oleh pemerintah. Kedua jembatan itu, kata dia, kondisi sudah sangat kritis dan mengancam warga. Kondisi yang paling menyedihkan adalah sejak lima bulan terakhir. “Di jembatan Desa Bandrung, satu warga atas nama Mahni sempat jatuh bersama sepmor,” ungkapnya.
Dikatakannya, kedua jembatan tersebut dilintasi dan menjadi alat vital oleh ribuan KK dari Desa Paya Meuligoe, Bandrong, Paya Kalui, Buket Pala, Blang Simpo, Lubok Pempeng, Cek Mbon, Tanah Rata, dan Blang Batei. Untuk itu, kata dia, jika tidak segera diperbaiki dipastikan kedua jembatan akan ambruk dalam waktu dekat ini.
“Kami sangat mengharapkan kepada pihak bterkait untuk turun ke lapangan agar bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi yang sebenarnya. Jangan hanya asal terima laporan saja. Pembangunan yang paling dibutuhkan malah tidak terbangun sama sekali.
Pada kesempatan itu M Nazir juga melaporkan lintasan Peureulak yang menghubungkan dengan sejumlah desa di sana juga rusak parah dan butuh perbaikan. Kondisi saat ini lintas tersebut berlubang. “Kami minta jalan yang telah rusak lama ini juga diperbaiki lah. Kami tidak minta lain, perbaiki lah saran dan prasarana dengan baik,” demikian Nazir.
Dua unit jembatan di lintas Kota Peureulak-Paya Meuligoe, Aceh Timur, masing-masing jembatan di perbatasan Desa Tanoh Rata dan Blang Bate serta Desa Bandrong, kondisi kritis dan nyaris ambruk. Bila tidak segera ditangani, warga di enam desa di pedalaman Peureulak tersebut akan terisolir.
Serambi yang turun ke lokasi bersama tokoh pemuda Paya Meuligoe M Nazir dan sejumlah pemuda lainnya menemukan, jembatan sepanjang 22 meter dan lebar 4,5 meter di perbatasan Tanoh Rata dan Blang Batei sudah longsor ke bawah dengan posisi leger jembatan melengkung.
Semua alas jembatan sudah berantakan. Begitu juga dengan pagar pengaman jembatan sudah patah. Di bawah jembatan yang pernah direhab tahun 2005 lalu, benar-benar memprihatinkan. Leger jembatan tidak bergantung lagi pada tiang peyangga.
Saat dilalui kendaraan roda dua dan empat, jembatan bergoyang seperti ayunan anak-anak. Bahkan pengendara sepmor terpaksa turun dengan cara mendorong kendaraannya. Warga memperkirakan, jika dalam bulan ini tidak segera ditangani, maka jembatan yang menjadi urat nadi arus transportasi itu akan ambruk, apalagi kerap dilintasi kendaraan roda empat.
Sementara jembatan Desa Bandrung yang persis berada di turunan jalan, kondisinya sudah miring dan terjungkal saat dilintasi kendaraan roda empat. Jika kendaraan roda empat melintas, maka kepala jembatan akan terjungkat seperti anyunan yang selama ini terdapat di taman kanak-kanak. Kedua plat beton yang berada di kepala jembatan sudah ambruk tidak berfungsi sama sekali.
M Nazir, tokoh pemuda Desa Paya Meuligoe mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan keluhan tentang kondisi kedua jembatan di sana. Namun tidak mendapat respons sama sekali dari Pemkab setempat terutama dinas PU. Ia bahkan sudah sering menyampaikan masalah tersebut kepada camat.
“Tapi, kami sungguh tidak mengerti kenapa semua “tuli” seperti tak mendengar jeritan rakyat ini. Coba bayangkan, jika dalam waktu dekat ambruk. Kami tidak bisa lagi keluar ke Kota Peureulak. Semua kebutuhan rumah tangga akan terhambat. Rakyat tidak bisa membawa pisang, coklat, sawit, dan hasil alam lain. Siapa yang akan menanggung semua derita ini,” ungkap Nazir dengan nada kesal yang didampingi sejumlah pemuda lainnya.
Menurut dia, warga dari beberapa desa yang melintasi dua jembatan tersebut malah sudah berniat untuk melakukan aksi demo bila tidak ditanggapi oleh pemerintah. Kedua jembatan itu, kata dia, kondisi sudah sangat kritis dan mengancam warga. Kondisi yang paling menyedihkan adalah sejak lima bulan terakhir. “Di jembatan Desa Bandrung, satu warga atas nama Mahni sempat jatuh bersama sepmor,” ungkapnya.
Dikatakannya, kedua jembatan tersebut dilintasi dan menjadi alat vital oleh ribuan KK dari Desa Paya Meuligoe, Bandrong, Paya Kalui, Buket Pala, Blang Simpo, Lubok Pempeng, Cek Mbon, Tanah Rata, dan Blang Batei. Untuk itu, kata dia, jika tidak segera diperbaiki dipastikan kedua jembatan akan ambruk dalam waktu dekat ini.
“Kami sangat mengharapkan kepada pihak bterkait untuk turun ke lapangan agar bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi yang sebenarnya. Jangan hanya asal terima laporan saja. Pembangunan yang paling dibutuhkan malah tidak terbangun sama sekali.
Pada kesempatan itu M Nazir juga melaporkan lintasan Peureulak yang menghubungkan dengan sejumlah desa di sana juga rusak parah dan butuh perbaikan. Kondisi saat ini lintas tersebut berlubang. “Kami minta jalan yang telah rusak lama ini juga diperbaiki lah. Kami tidak minta lain, perbaiki lah saran dan prasarana dengan baik,” demikian Nazir.
Sumber : www.serambinews.com
Posted in
Daerah
Tulisan Terkait :
Popular Posts
-
MP3 Muslim Entreprener Forum 2012 MEF Ust Heru Binawan [Sambutan DPP HTI] [2 MB] MEF Talk Show Bpk Iskandar Zulkarnain [5 MB] MEF Bala...
-
(Minaut = Pemecahan Persoalan dan Pengambilan Keputusan) Pengantar Dalam menjalankan tugasnya sehari...
-
Oleh : Musryadanta Inilah fakta yang terlihat di kotaku tercinta, dimana pengemis dan anak telantar seolah-olah dilegalkan oleh pemeri...
Recent
Connect with Facebook
Sponsors
Search
Categories
Analisis
Artikel
Berita
Budaya
Catatan Facebook
CCTV
Daerah
download Materi
Gambar Unik
Hot News
Ideologis
Intelektual
IP Camera
Kegiatan
LOWONGAN
Makalah
Monitoring Rumah
MP3
Online Monitoring
Pendidikan
Pengumuman
Photo Unik
Politik Hukum
Potret
Presentasi
Religi
Retorika
rohingya
Sastra
Sosok
teknologi
Tips dan Trik
Tutorial Photoshop
Video
0 komentar for this post
Leave a reply