Terbaru
Recent Articles

Kisah CPNS dan Gelandangan Luar Negeri

“Kenapa namamu Nuraini Gaddafi ?”
“Gaddafi itu nama Ayahku, Nuraini  itu nama anggota dewan”
“Masa ? “
“Katanya biar sama seperti anggota dewan perempuan di tempat Ayah bekerja”
“Memangnya dia istimewa ?”
“Menurut Ayah, sih begitu. Dulu, Ayah sering mengajakku main ke kantor DPR saat hari minggu. Saya sudah akrab dengan ruang sidang sejak umur 9 tahun”
“Oh ya ?”
“Saya tahu nyamannya duduk di kursi orang2 itu…lebih empuk dari kasurku”
“Masa’ sih ?”
“Makanannya juga….saya sering mendapat sisa-sisanya”
“…..”
“Saya sering semobil dengan banyak politikus”
“Bohong”
“Saya duduk di tumpukan barang di belakang, kudengar mereka bicara tentang peninjauan dan jalan-jalan”
“Kok bisa ?”
“Kan Ayah yang menyupir mereka”
“Oooo….”
“Jika mendengar kata peninjauan….saya tahu saya akan rindu melihat ayah beberapa hari kedepan”
“Tapi kalau pulang, dia bawa banyak ole2, kan “
“Iya…ole-ole cerita yang paling banyak”
“Oh ya ?”
“Ayah tidak pernah membeli komik untuk saya, cuma koran bekas baca, surat tugas, dan buku undang-undang”
“Itu tidak cocok untuk umurmu saat itu”
“Entahlah…yang kutahu Ayah menggunakan benda-benda itu untuk mengetes kemampuan membacaku”
“Jadi kau baca ?”
“Ayah paling senang melihat saya membaca dan mendeklamasikan sebuah tulisan. Mungkin baginya terlihat seperti televisi atau radio…hahaha”
“Aih, pantas kau cerewet begitu”
“Tidak juga….saya kalau marah, bisa diam walaupun ada gempa”
“Kau, ada-ada saja”
* * * * *
“Ayahmu PNS, kan ?”
“Iya”
“Kenapa kamu tidak ikuti jejaknya ?”
Maksudmu mengulangi penderitaannya ?”
“Maksudnya ?”
“Gaji kecil sampai utang kredit baru lunas setelah 23 tahun”
“Deeeh… na hitung”
“Kan Ayah saya terangkat PNS setelah saya lahir”
“Kamu membawa keberuntungan artinya”
“Saya pikir bukan sekedar keberuntungan. Sebelumnya Ayah saya mengabdi dulu lalu terangkat honorer…baru kemudian dipinjami sederetan angka yang disebut NIP”
“Wuah…lama juga yah. Ayahmu golongan berapa”
“Golongan 2 C , hampir pensiun, dan umurku sekarang 25 tahun ”
“25 tahun masih golongan 2 C ???!!”
“Ayah saya kan tidak pernah mengajukan ijin belajar, tidak pernah ikut penataran, tidak ikut study tour ke luar negeri”
Tapi masa baktinya kan lama”
“Saya lupa…Ayah saya tidak suka mengemis dan tidak pandai cari muka”
* * * * *
“Simpan-simpan mi itu uangmu , untuk daftar PNS”
“Saya kira gratis ji orang ikut ujian CPNS ?”
“Bukan, mksudnya untuk lebih mempermudah”
“Mempermudah bagaimana ?”
“Kolusi maksudnya”
“Kalau tidak begitu, memangnya tidak bisa jadi PNS selamanya ?”
“Kenyataannya kan begitu. Yang punya yang berkuasa”
“Beberap teman saya yang lulus PNS, katanya tidak ada kolusinya”
“Itukan katanya, tapi pasti ada nepotismenya, atau sebelumnya nyaris kadaluarsa mengabdi sebagai tenaga sukarela”
“Hehehe..jadi rumusnya begitu ?”
“Kalau dilihatlihat mmg kaya’nya mesti begitu. Kau harus di-support seseorang dari dalam”
Saya percaya sama teman-teman yang katanya lulus murni tanpa rumus-rumus itu
“Itu mungkin satu di antara seribu”
“….ya sudah. Sy tidak usah jadi PNS saja kalau begitu”
“Kamu kan punya uang”
“Mending saya belikan kwaci itu semua uangku dari pada terlibat sogok menyogok kaya’ begitu
“Tidak pake’ idealisme mi orang sekarang, bu. Orang pintar tidak laku sekarang, yang juara itu yg licik”
“Begitu, yah ?”
“Begitulah kira-kira”
Demi sederet angka NIP itu, kita mesti pake rumus2 ajaib itu ?”
“Itu kalau kau mau”
“Hahahaha”
“Kenapa ketawa ?”
“Entahlah….rasanya lucu saja”
* * * * *
“Lunakkan sedikit idealismemu, daftarlah ujian  CPNS”
“Untuk sekarang, sepertinya masih trauma”
“Kenapa ?”
“Lima kali patah hati soalnya”
“Hahaha…”
“Seandainya saya laki-laki, dan CPNS itu sejenis perempuan….sudah kubawa kabur dia”
“Sambaranna ini ee”
Habis…jual mahal sekali bela. Heran saya”
“Kenapa bisa ?”
Saya tidak tahu, apa soalnya yang terlalu sulit atau otakku memang ongol…nda’ pernah tembus”
“Ah, itu kan soal keberuntungan juga”
“Mmm…artinya selain ongol, saya juga tidak beruntung”
“Hahaha….kau di’ “
* * * * *
“Berapa gajimu sekarang ?”
“Lumayan, kalau buat beli kwaci,,,bisalah untuk tujuh turunan”
“Hehehe…serius inie”
“Saya juga tidak sepenuhnya bercanda”
“Kau betah jauh dari keluarga rupanya “
“Daripada mereka melihat saya menderita menjadi tenaga sukarela, seperti ini mungkin lebih baik “
“Menurutku kau sudah jauh cukup lama. Kapan kau pulang ?”
“Saya baru saja pulang liburan”
“Maksudku pulang ke Indonesia dan menetap selamanya”
“Pulang selalu menjadi rencana….tapi kalau menetap disana selamanya…aih, belum kepikiran”
“Kenapa ? Ah, nasionalisme mu mulai payah”
“Eh, siapa bilang ? Saya bisa menghajar satu orang Malingsia di depan GOR Mattoanging kalau kau mau”
“Tapi kau sepertinya tak berminat tinggal negeri sendiri”
“Kadang-kadang…jika rindu kita pelihara, cinta tetap terjaga. Kalau saya menetap disana, saya takut rinduku berubah kecewa”
“Karena pertarungan CPNS lagi ?”
“Itu salah satunya. Sepertinya gaung PNS masih yang terindah di mata masyarakat kita. Saya belum siap kembali dianggap sebagai orang kalah”
“Kau pasti mau bilang bahwa kau lebih memilih jadi gelandangan di luar negeri sana ?”
“Mmmm….iya”
“Huuuu…sok keren muuu “
“Hahahaha…”
Gizan,…..catatan sebelum mimpi
Selamat tidur , gelandangan ^_^
sumber :www.lifestyle.kompasiana.com
Share and Enjoy:

0 komentar for this post

Leave a reply

We will keep You Updated...
Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!
Subscribe via RSS Feed subscribe to feeds
Sponsors
Template By SpicyTrickS.comSpicytricks.comspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
Popular Posts
Recent
Connect with Facebook
Sponsors
Blog Archives
Recent Comments
Tag Cloud